Senin, 18 Mei 2009

askep febris konvulsif

KEJANG DEMAM ATAU FEBRIS KONVULSIF

DEFINISI

Adalah bangkitan kejang yang terjadi kenaikan suhu tubuh (suhu rectal diatas 380 C yang di sebab proses ekstrakranium). Sering terjadi pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun.

PATOFISIOLOGI

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membrane yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida. Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron sangat tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena terdapat perbedaan potensial membrane yang disebut potensial membrane dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh :

1. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraseluler

2. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya

3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui mambran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun membrane sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulannya perlu memperhatiakan pada tingkat suhu berapa pasien menderita kejang. Kejang yang singkat tidak berbahaya dan tidak meninggalkan sisa tetapi kejang yang lama (lebih dari 15 menit) biasanya terjadi apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh meabolisme anaerob, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkab makin meningkanya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah factor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Factor terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak.

Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang lama dapat menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

PROGNOSIS

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik. Resiko yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung dari factor :

1. Riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga.

2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang demam

3. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal

GAMBARAN KLINIK

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan saraf pusat, misalnya ; tonsillitis dan OMA.

Livingstnoe membuat criteria dan membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu :

1. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion )

2. Epilepsy yang diprovokasi oleh demam (epiepsi trigged off fever)

Di subbagian anak FKUI-RSCM Jakarta, criteria livingstone tersebut setelah dimodifikasi diapakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan

7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh criteria tersebut digolongkan pada epilepsy yang diprovokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan factor pencetus saja.

PENATALAKSAAAN MEDIS

Medik

Dalam penggulangan kejang demam ada 4 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu :

1. Membrantas kejang secepat mungkin

Berikan diazepam secara IV. Setelah suntikan pertama secara IV ditunggu 15menit, bila masih kejang ulangi disuntikan kedua dengan dosis sama IV setelah 15 menit suntikan kedua masih kejang, diberikan suntikan ketiga tetapi secara IM, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehyde 4% IV.

2. Pengobatan penunjang

Sebelum membrantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang :

a. Semua pakaian ketat dibuka

b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lambung

c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen; bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi

d. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.

Vital sign diawasi secara ketat. Cairan IV sebaiknya diberikan dengan monitoring untuk kelainan metabolic dan elektrolit. Bila terdapat tekanan intracranial meningkat jangan berikan cairan dengan kadar natrium tinggi. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia dilakukan hibernasi dengan seka air hangat. Obat untuk hibernasi adalah klorpromazin 2 – 4 mg/KgBB/hari dibagi dalam 3 dosis; prometazon 4 – 6 mg/KgBB/hari dalam 3 dosis secara injeksi.

Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid dengan dosis 20 – 30 mg/KGBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid misalnya deksametason 0.5 – 1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.

3. Memberikan pengobatan rumatan

Setelah kejang dapat diatasi, harus disusul pengobatan rumatan. Daya kerja diazepam sangat singkat, berkisar antara 45 – 60 menit sesudah disuntikkan; oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptic dengan daya kerja lebih lama, misalnya fenobarbital atau defenilhidantoin. Fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti dengan diazepam.

Lanjutan pengobatan rumat tergantung dari pada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu :

  1. Profilaksis intermitten

Untuk mencegah terulangnya kejang kembali dikemudian hari, pasien yang menderita kejang demam sederhana diberikan obat campuran antikonvulsan dan antipiretika, yang harus diberikan kepada anak bila menderita demam lagi.

  1. Profilaksis jangka panjang

Profilaksis jangka panjang berguna untuk menjamin terdapatnya dosis terapuetik yang stabil dan cukup didalam darah pasien untuk mencegah terulangnya kejang dikemudian hari. Ini dapat diberikan pada keadaan :

1). Epilepsy yang diprovokasi oleh kejang

2). Yang di sepakati pada consensus bersama (1980) ialah pada semua kejang demam yang mempunyai ciri :

a) Terdapatnya gangguan perkembangan saraf seperti cerebral palsi retardasi perkembangan dan mikrosefali.

b) Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap.

c) Bila terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetic pada orang tua atau saudara kandung.

d) Pada kasus tertentu yang dianggap perlu yaitu bila kadang – kadang terdapat kejang berulang atau kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 12 bulan.

Obat yang dipergunakan untuk profilaksis jangka panjang ialah :

a) Fenobarbital

b) Sodium valproat / asam valproat

c) Fenitoin (Dilantin)

4. Mencari dan mengobati penyebab

Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsy yang diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksirespiratorius bagian atas dan otitis media akut.

KEPERAWATAN

Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam adalah:

1. Risiko Terjadi Lerusakan Sel Otak Akibat Kejang

Setiap kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan mengakibatkan peredaran O­2 juga terganggu. Kekurangan 2 ­ (anoksia) pada otak akan mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi mental bila kerusakannya berat.

2. Suhu Yang Meningkat Diatas Normal

Masing-masing pasien mempunyai ambang kejang yang berbeda, tidak selalu dalam keadaan hiperpireksia tetapi yang jelas bahwa pada kejang demam selalu didahului kenaikan suhu sebelum bangkitan kejang terjadi. Pada anak dengan ambang kejang rendah, bila suhu naik menjadi 38 oC atau lebih sedikit saja sudah timbul kejang.

3. Risiko Terjadi Bahaya/Komplikasi

Seperti pasien lain yang kejang, akibatnya dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi, akibat terkena benda tajam atau keras yang ada disekitar anak, serta dapat juga terjatuh. Oleh karena itu, setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya.

4. Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman

5. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua Mengenai Penyakit

Jika pasien telah didiagnosis kejang demam, orangtuanya perlu dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama yang berhubungan denga kenaikan suhu tubuh. Yang perlu dijelaskan ialah:

a. Harus selalu tersedia obat penurun panas

b. Agar anak segera diberikan obat antipiretik bila orang tua mengetahui anak mulai demam

c. Jika terjadi kejang, anak harus di baringkan di tempat yang rata, kepalanya dimiringkan. Buka bajunya dan pasangkan gagang sendok yang telah dibungkus kain / sapu tangan yang bersih dalam mulutnya (sudip lidah)

d. Apabila terjadi kejang berulang atau kejang terlalu lama segera bawa pasien tersebut ke RS.

Referensi

Ngastiyah, Editor Setiawan S.Kp, Buku Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997

Tidak ada komentar:

Posting Komentar